Jejak (sebuah renungan)

Suatu hari, saya pernah mendapat nasehat yang luar biasa dari seorang penyair, terapis, dan filsuf tunanetra yang luar biasa. Kata beliau, "Jangan ikuti apa yang saya capai, tapi loncatilah apa yang saya capai!" Sampai sekarang, ujaran itu masih membekas dalam di hati dan pikiran. Pengembaraan spekulatif dan pengalaman inspiratif banyak sekali yang saya dapatkan sesudahnya.


Pertama-tama saya coba memahami secara sederhana. Berusaha membangun pola pada dunia kecil pikiran saya. Bahwa pencapaian tiap orang sangatlah berbeda. Sekalipun ada banyak kesamaan, seperti latar belakang, kegemaran, bahkan tanah kelahiran; Pada akhirnya tujuan hidup dan keberhasilan atas suatu hal akan beragam juga.


Lalu saya coba mengurai lebih lanjut. Jika ada orang yang menjalani sebuah proses kreatif, pastinya memiliki motivasi terbesarnya. Entah sosok inspiratif, pengalaman berharga, atau hal-hal yang bersifat emosional di dalam hidupnya.


Kebanyakan akan menyatakan, bahwa saya harus mengikuti jejak panutan saya. Saya harus seperti idola saya. Padahal, bisa jadi potensi satu pribadi selangkah lebih unggul daripada pribadi yang lain.


Sebagai contoh, kemampuan Wright Bersaudara dalam menemukan dan merancang pesawat terbang tidak lagi diragukan. Tahun 1908 dunia mengakui karya keduanya. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, muncul Habibi yang mampu menyempurnakan karya Wright Bersaudara. Sedemikian cerdasnya Habibi, hingga mampu mengomputasi sistem pilot, komunikasi, dan teknologi airodinamika pesawat. Menjadi lebih efektif, efesien, dan aman dalam penerbangan.


Itulah yang saya maksud dengan satu pribadi bisa jadi lebih unggul daripada lain pribadi. Sungguh adil sekali Tuhan menciptakan. Hal ini, sangat penting kita sadari sebagai sebuah pencerahan. Bahwa di atas langit masih ada langit, sehingga tidak pantaslah bagi kita untuk menyombongkan diri. Justeru langit yang ada di atas itu kita jadikan acuan untuk dapat lebih baik lagi dalam berkarya.


Mengapa kita harus demikian? Tidakkah sia-sia jika gagal di tengah jalan? Begini! Sepemahaman saya, bagaimanapun sulit tantangannya, pasti ada solusi sebagai jalan keluarnya. Sehingga kita tidak boleh mengambil pilihan untuk menyerah. Tetap konstan dengan tujuan. Mengingat niat yang telah terpancang sedari awal akan meringankan beban langkah kita..


Bantul, 23 Agustus 2023


Penulis:

Akbar AP


        

Komentar