Sekilas (sebuah catatan)

Assalamu’alaikum ww

 

Selamat datang, Kawan Pengelana!

Kalian tentunya kaget kalau membuka blog sebelum ini.

Karena semua isi link yang tersebar atau saat buka blog ini tampak kosong-melompong dan bisa jadi timbul anggapan jika ruang sederhana ini telah dibajak.

 

Nah, beranjak dari sini, aku mau menceritakan kronologi kejadiannya.

Sepekan yang lalu, aku memosting sebuah catatan yang mengisahkan awal-mula ketertarikanku pada e-book.

Sesudah terposting, aku segera membuka blog ini sebagai pengunjung untuk memastikan tampilan tulisan yang terunggah.

Aku sontak kaget ketika mendapatkan notifikasi peringatan konten sensitif.

 

Saat itu aku berpikir, “Ah, nanti akan hilang. Coba aku posting lagi.”

Namun, nyatanya belum hilang juga.

Aku biarkan beberapa hari.

Hari ini aku akses lagi.

Tetap sama.

 

Tidak peduli hal tersebut, aku memosting salah satu esai yang sudah lama tertulis dan tersimpan.

Sialnya, tampilan menyebalkan itu masih ada.

Karena jengkel, siang harinya aku coba konsultasikan pada sebuah komunitas teknologi untuk tunanetra yang diikuti.

 

Hasil respon yang kudapat mengejutkan.

Judul halaman yang aku bangga-banggakan itu, bisa saja dideteksi oleh Google sebagai ungkapan yang bermasalah.

Aku coba ganti dengan ungkapan lain yang tidak mengandung istilah yang sensitif.

Agaknya aku belum beruntung karena tampilan itu belum lenyap.

 

Sementara itu diskusi di komunitas masih bersambung sampai dinihari, 2 jam sebelum tulisan ini terposting.

Sebuah fakta kembali aku dapat.

Postinganku sebelum ini terlalu banyak menggunakan kata kunci dalam fitur tabel atau kategori.

Maka sebaiknya satu saja.

 

Belum lagi saat aku mengecek notif peringatan tersebut.

Di sana ada kata (page title).

Baru aku pahami, ternyata sebelum keterangan, notif dari Google ini diawali dengan info kesalahan yang harusnya tidak terjadi.

 

Akhirnya, judul dan deskripsi halaman aku ganti dengan istilah yang lebih sederhana.

Semua postingan aku hapus.

Notif itu tidak muncul lagi dan lega rasanya.

 

Kesimpulan yang bisa aku ambil adalah sebaiknya sebelum membuat sesuatu di internet, diteliti dahulu istilah yang mau digunakan.

Sehingga tidak terdeteksi sebagai konten yang sensitif.

Bukankah Sia-sia jika pesan dari konten tersampaikan tetapi dibayang-bayangi peringatan konten sensitif?

Selain itu, kita perlu bijak memahami bahasa mesin dan mau mencari makna yang alternatif supaya tidak salah dalam mengikuti instruksi.

 

Kurang-lebih demikian yang bisa aku tuturkan.

Semoga segala kekurangan dapat dijadikan sebaik-baik pembelajaran dan semua kelebihan menjadi sebaik-baik manfaat.

Akhir kata, sampai jumpa pada Postingan mendatang.

 

Wassalamu’alaikum WW

 

Dukuh Bogoran, 11 Agustus 2023


Penulis:

Akbar AP



Komentar