Bagaimana Kalau (Repost Puisi Memorable Sastrawan Kawakan Taufik Ismail)

Assalamu'alaikum, Sobat Pengelana!

Alhamdulillah, bahagia rasanya dapat menyapa lagi, sesudah 2 pekan tidak posting di ruang mencatat ini.

Harapannya, saya bisa aktif seperti sebelum-sebelumnya.

Paling tidak, sekali posting dalam sepekan.


Nah, daripada semakin panjang berbasa-basi, saya ingin menyampaikan sebuah informasi, bahwa postingan kali ini saya ingin membagikan sebuah puisi dari Taufik Ismail yang berkesan bagi saya.

Karena puisi ini disusun dengan diksi yang rapi, unik, menjadi sebab akan keindahan tiap baitnya.

Adapun untuk penafsiran puisinya, saya kembalikan pada Sobat Pengelana sekalian dahulu.

Jujur, jam terbang saya dalam dunia sastra belum terlampau tinggi, sehingga dikhawatirkan terjadi kekeliruan tafsir dan menuai protes dari para pakar, hehe.

Sekarang, mari kita cermati puisinya!


===


Bagaimana kalau dulu bukan khuldi yang dimakan Adam, tapi buah alpukat,

Bagaimana kalau bumi bukan bulat tapi segi empat,


Bagaimana kalau lagu Indonesia Raya kita rubah, dan kepada Koes Plus kita beri mandat,

Bagaimana kalau ibukota Amerika Hanoi, dan ibukota Indonesia Monaco,

Bagaimana kalau malam nanti jam sebelas, salju turun di Gunung Sahari,


Bagaimana kalau bisa dibuktikan bahwa Ali Murtopo, Ali Saikin dan Ali Wardhana ternyata pengarang-pengarang lagu pop,

Bagaimana kalau hutang-hutang Indonesia dibayar dengan pementasan Rendra,


Bagaimana kalau segala yang kita angankan terjadi, dan segala yang terjadi pernah kita rancangkan,

Bagaimana kalau akustik dunia jadi demikian sempurnyanya sehingga di kamar tidur kau sampai deru bom Vietnam, gemersik sejuta kaki pengungsi, gemuruh banjir dan gempa bumi serta suara-suara margasatwa Afrika,


Bagaimana kalau pemerintah diizinkan protes dan rakyat kecil mempertimbangkan protes itu,

Bagaimana kalau kesenian dihentikan saja sampai di sini dan kita pelihara ternak sebagai pengganti,

Bagaimana kalau sampai waktunya kita tidak perlu bertanya bagaimana lagi.


1971

Taufik Ismail


===


Demikian puisi ini dan sekian dari saya, semoga menjadi sebuah renungan bagi Para Sobat Pengelana.

Jika terdapat kesalahan, itu semata karena minimnya wawasan dan pengalaman saya.

Sedangkan kalau ada lebihnya, semoga dapat saya tingkatkan.

Sampai jumpa pada postingan mendatang dan akhir kata.


Ayam berkokok begitu jenaka,

Jangan lupa kunjungi

Profil Saya


Wassalamu'alaikum!


 

Komentar