LUKA DI BALIK KITAB
Disklaimer:
Sebelum kita beranjak
melanjutkan Serial Cabang Semesta, ada titipan pesan yang perlu diunggah di
sini. Sederhana saja! Sebuah cerita pendek yang tidak pernah kita duga dan
dipastikan akan membuat siapapun senam otak sekaligus geprek perasaan sehingga
melahirkan gado-gado keresahan.
###
Malam itu, ruang bawa tanah terasa pekat oleh
ketegangan. Sepuluh pengurus inti organisasi tengah duduk melingkar, di tengah
mereka, Joy, seorang pemuda buta, berdiri menatap tanpa mata.
"Semuanya, kalian tentu tidak lupa, apa tujuan
dari terbentuknya organisasi ini," Joy berbicara. Mereka mengangguk, Joy
menghela napas, "ya, Zalimu Li Nafsi, atau yang dikenal dengan sebutan,
(ZLM,) adalah sebuah organisasi, yang menjadi tempat berkumpulnya orang-orang
yang terbuang.
Bukan dibuang oleh cinta, bukan pula orang yang
terbuang dari dunia, melainkan mereka, yang diasingkan dari rahmat sang
pencipta.
Kita adalah sekelompok manusia yang terluka, bukan
karena perlakuan dunia, tapi karena omong kosong dari teks-teks agama dan kitab
suci.
Hei, apa kamu ingat? Landasan awal terbentuknya
ZLM?"
Joy menunjuk salah seorang dari mereka.
"Iya master, tentu saja saya ingat," ia
menimpali.
"Landasan terbentuknya organisasi ini adalah
firman Tuhan, ketika ia berkata, bahwa kami tidak akan menguji seorang hamba di
luar batas kemampuannya.
Master sendirilah yang membentuk organisasi ini,
ketika master menyadari, bahwa jika benar Tuhan tidak akan menguji seorang
hamba di luar batas kemampuannya, maka itu artinya Tuhan tidak mampu.
Kalau Dia benar Maha Memampukan, kenapa takdir
ditentukan berdasarkan kemampuan? Harusnya, Dia yang memampukan kita, bukan
memilih-milih.
Kalau begitu, seharusnya semua orang mendapatkan ujian
yang sama, tidak dipilih, tapi dimampukan.
Ketika seseorang terlahir buta, maka yang lain
seharusnya merasakan ujian yang sama.
Ketika seseorang terlahir susah, maka yang lain juga
harus mengalaminya.
Seperti yang kita lakukan beberapa tahun terakhir, di
mana kita menculik orang-orang non Disabilitas, lantas mengambil matanya, dan
menjual mata itu di Platform penjual organ manusia.
Joy mengangguk, "yeah, kamu benar, dulu aku
adalah seorang penghafal kitab suci, sama seperti kalian.
Seseorang yang dulunya tunduk tanpa sadar, namun,
sejak pristiwa di rumah sakit, disaat aku berdoa demi kesembuhan sang ayah,
seseorang yang wajahnya tidak pernah kulihat.
Diwaktu yang sama, seorang Pendeta berdoa untuk
kesembuhan Jemaatnya, dan doa itu dikabulkan.
Sedangkan Ayahku, justru menghembuskan nafas terakhir.
Disaat itulah aku menyadari, bahwa Tuhan memang tidak
tuli, tapi dia-pilih-pilih, dan kini, aku memilih untuk berdiri tegap dengan
penuh kesadaran.
Membuat organisasi ZLM, dan misi itu berhasil.
Masalahnya, saat ini, kita tengah dihadapkan oleh
sekelompok elite pemerintah, yang menentang keras aksi yang kita lakukan.
Mereka menganggap kita jahat, padahal kita sedang
menyelamatkan dan menolong umat manusia.
Bukankah orang buta itu terlepas dari dosa dan
maksiat? Maka kita hadir, untuk menyucikan jiwa mereka dari lembah dosa, dengan
membuat mereka semua menjadi buta.
Bukankah orang yang sengsara itu derajatnya akan
ditinggikan? Dan kita datang, untuk membantu mereka dalam mencapai kesejatian
diri, dengan merampas segala harta kekayaan yang selama ini mereka simpan.
Tapi mereka tidak mengerti, dan kini, setelah bertahun
bergerak dalam senyap, kita akan berperang, tentunya berperang dalam
kesunyian."
"Lalu, apa rencana master?"
Salah seorang dari mereka bertanya.
"Joy diam sejenak, "menghabisi nyawa John,
seorang kepala Agent pemberantasan kriminal. Dialah yang selalu menggagalkan
aksi organisasi gelap seperti kita. So, kita akan menghabisi orang itu."
"Tapi itu tidak mudah master, John itu, selain
kuat, dia juga cerdas, boleh jadi kita akan lebih dulu dihabisi bahkan saat
kita baru berada dalam jarak radius seratus meter."
"Aku tahu itu," Joy menyergah.
"Makanya, kita harus bermain cantik. Malam ini,
kalian semua bergerak, culik orang-orang tercinta dari kalangan keluarga, serta
kerabat John. Diam-diam, ancam dan paksa mereka untuk merencanakan pembunuhan,
termasuk mensabotase CCTV, dan mengacak-ngacak penjagaan di markas mereka, atau
mereka akan kehilangan orang yang mereka cintai."
Sontak mereka mengangguk, dan malam itu, misi
pembunuhan itu pun dimulai.
Tamat.
Penulis : Muhammad Akbar Nugroho
Editor : Pendekar Kelana
Posting Komentar